Sabtu, 29 September 2012

KISAH MOTIVASI PENUH HIKMAH ISLAMI Nurani Sang Pemimpin




Di suatu malam, umar bin khattab yang di temani seorang pengawalnya yang melakukan sidak dengan berjallan kaki. Di sebuah rumah yang cukup gelap, Umar mendengar suara tangisan seorang perempuan. Umarpun berusaha mendekati sumber  tangisan itu untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang terjadi.
“Wahai ibu, apakah yang menjadikanmu menangis di tengah malam seperti ini?’ tanya umar. Perempuan itupun menjawab, “Sudah dari  tadi anak saya menangis karena lapar, sementara tak sebiji gandumpun yang saya punya. Dan, sekarang mereka tertidur karena sudah terlalu lama menunggu makanan, “jawabnya sambil terus menyeka air matanya.
Melihat tungku menyala, Umar bertanya, “Apa yang sedang ibu rebusitu?” Sang perempuan menjawab. “itu batu, bukan makanan. Setiap anak-anakku meminta makanan, saya katakan sebentar lagi nak, makanannya belum matang. Itu terpaksa aku lakukan, supaya anakku terhibur dan bisa tidur di malam ini.”
Mendengar jawaban sang ibu, Umarpun pamit dan bergegas menuju baitul mal. Sampai di baitul mal, umar mengambil sekarung gandum dan memikulnya sendiri. Melihat sang khalifah memikul gandum, pengawalnya berusaha memberikan tawaran kepada umar agar gandum itu di berikan  kepadanya. Dengan singkat umar menjawab, “Apa kamu sanggup memikul dosa-dosaku di akhirat nanti.”
Itulah sekelumit perjalanan Umar, khalifah ke dua yang penuh inspirasi dan tetap terkenang sepanjang sejarah. Gagah berani di medan pertempuran, lemah lembut terhadap istri dan anak-anak, serta penuh kasih sayang terhadap seluruh rakyatnya.
Jangankan manusia, dalam suatu riwayat umar pernah berkata, “kalau ada kambing yang terperosok lalu mati di sebabkan jalan yang rusak, Umarlah yang bertanggung jawab dunia akhirat!”
Demikianlah pemimpinyang ber nurani. Sosoknya senatiasa mengutamakan rakyatnya daripada diri dan kepentingan kelompoknya. Bukan saja manusiannya, tetapi seluruh aset rakyatnya, termasuk binatang ternak, sawah, dan ladangnya.
Nurani seorang pemimpin mendorong jiwa raganya untuk bergerak memperjuangkan hak-hak rakyatnya, khususnya rakyat yang hidup dalam keadaan serba kesusahan. Siang dan malam di gunakan sepenuhnya untuk bisa membebaskan rakyatnya dari kemiskinan, kebodohan, dan penjajahan.
Apabila pemimpin bernurani akan selalu di cintai, di rindukan kehadirannya makasebaliknya, pemimpin yang tidak bernurani akan selalu di benci oleh seluruh umat manusia, bahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Pemimpin yang tidak memperhatikan nasib rakyatnya dengan sungguh-sungguh, suka berbelanja dengan uang rakyat, bermegah-megahan, sering kenyang lebih dahulu dan menangis belakangan, itulah pemimpin yang suka berdustayang telah membeku nuraninya.
Terhadap pemimpin seperti itu, al-qur’an memberi peringatankeras bahwa siapa saja yang mengaku beriman tetapi tidak peduli terhadapderita kaum papa, maka mereka itu adalah orang yang termasuk kelompok pendusta agama.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. “(QS al-Ma’un [107]: 1-3).

KISAH MOTIVASI PENUH HIKMAH ISLAMI Keteladanan Umar bin Abdul Aziz




Khalifah Umar bin Abdul Aziz di kenal sebagai pemimpin yang paling di senangi rakyatnya. Banyak ahli sejarah menjulikinya dengan khulafaur Rasyidin ke lima. Saat menjadi Khlifah, umar pernah mengambil paksa harta yang di manfaatkan keluarga khalifah karena melakukan abuse of power  (penyalahgunaan kekuasaan) dan menyerahkannya ke baitul mal.
Umar juga membuat kebijakan menghapus pegawai pribadi bagi khaliifah. Umar menekankan terjadinya kedekatan hubungan antar pejabat dan rakyat. Umar juga berhasil menciptakan kemakmuran. Hal itu tergambar dari sulitnya mencari penerima zakat sehingga harta negara yang berasal dari zakat sampai menggunung. Menariknya, meskipun rakyat hidup makmur, umar tetap hidup sederhana. Ia pernah membuat petugas protokoler terkejut. Pasalnya, umar menolak kendaraan dinas karena memilih binatang tunggangan miliknya sendiri.
Saat umar sakit, Maslamah bin Abdul Malik datang menjenguyaknya. Maslamah melihat pakaian umarsangat kotor. Ia bertanya kepada Fatimah, istri Umar, “Tidakkah engkau mencuci bajunnya?” Fatimah menjawab, “Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain, kecuali yang di pakainya.”
Suatu katika, Umar memanggil istrinya yang memiliki banyak  perhiasan pemberian ayahnya. “Wahai istriku, pilihlah olehmu, kamu kembalikan perhiasan ini kebaitulmal atau kamu izinkan saya meninggalkan kamu untuk selamanya. Aku tidak suka bila aku, kamu, dan perhiasan ini ada dalam satu rumah. “Fatimah menjawab, “saya memilih kamu daripada perhiasan-perhiasan ini.”
Umar juga di kenal jujur dan bersih. Di riwayatkan Amr bin Muhajir, suatu hari salah seorang anggota keluarganya memberi apel. Umar lantas berkata, “Alangkah harum aromanya. Wahai pelayan, kembalikan apel ini kepada si pemberi dan sampaikan salam saya kepadanya bahwa hadiah yang di kirim telah sampai. “Amr bertanya, “Mengapa pemberian hadiah dari orang yang masih ada hubungan kekerabatan di tolak? Padahal, Rasulullah SAW juga menerima hadiah. “Umar menjawab, “sesungguhnya, hadiah yang di berikan kepada Rasulullah adalah benar-benar hadiah, sedangkan yang di berikan kepadaku adalah suap.”
Dalam situasi indonesia seperti ini, keteladanan Umar patut di contoh. Pertama, hidup sejahtera adalah hak setiap warga negara. Islam menganut prinsip keadilan, tidak ada orang miskin di tengah orang kaya. Kedua, seorang pemimpin harus menjaga amanah rakyat. Karena itu, penyalahgunaan kekuasaan harus di hindari demi terciptanya bangsa yang makmur, sejahtera, dan damai.
Ketiga, kedekatan hubungan antara pemimpin dan rakyat harus di bangun antara pemimpin dan rakyat perlu di bangun agar aspirasi rakyat bisa di terima langsung oleh pemimpin. Keempat, di tengah ekonomi yang sedang terpuruk, pejabat  negara perlu menjaga perasaan rakyat. Sebagai khalifah, umar memilih hidup sederhanadengan kendaraan dan pakaian yang sederhana.
Kelima, di tengah maraknya kasus korupsi, umar memberi teladan bahwa pemimpin harus selalu bersih dan selalu memegang perinsip kejujuran. Keenam, kekayaan seseorang tidak bisa di jadikan dasar dalam menentukan strata sosial seseorang adalah sejauh mana orang itu memiliki ke salehan sosial.