Kamis, 03 Oktober 2013

KISAH MOTIVASI PENUH HIKMAH ISLAMI Awal Dari Kesuksesan

Suatu hari Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, Mush'ab bin Umair, dan Abdul Malik bin Marwanberkumpul di depan ka'bah. Mush'ab berkata kepada teman-temannya tersebut, "Berangan-anganlah kalian." "Kmau dulu yang memulai, "jawab mereka.
        Mush'ab berujar, "Aku berangan-angan ingin menguasai Irak serta menikahi sukainah binti al-Husain dan A'isyah binti thalhah bin ubaidillah."Kenyataannya, Mush'ab berhasil mendapatkan apa yang menjadi angan-angannya tersebut. Ia memberikan mskawin pada masing-masing isterinya sebesar 500 ribu dirham. Dan, ketika memboyong mereka, ia juga mengeluarkan uang sebanyak itu.
        Urwah bin Zubair berangan-angan bisa menguasai ilmu fiqih dan hadis, namun kenyataannya apa yang menjadi angan-angannya tercapai. Abdul Malik bin Marwan berangan-angan ingin menjadi khalifah Faktanya, apa yang menjadi angan-angannya juga terkabul. Sementara Abdullah bin Umar berangan-angan ingin masuk surga.
       Itulah sebagian dari penggalan aktifitas kehidupan para sahabat, murid-murid teladan nabi muhammad SAW. Dan apa yang mereka lakukan sesungguhnya merupakan prktik nyata dari butir-butir pemikiran yang di rekomendasikan oleh para motivator kelas dunia di era modern kita sekarang ini; mereka sering mengutarakan bahwa awal dari kesuksesan seseorang itu bermmula dari sebuah mimpi atau angan-angan.semakin sering seseorang membangun sebuah mimpi, keinginan, atau cita-cita, semakin besar pula peluang seseorang untuk menggapai kesuksesan.
      Impian atau cita-cita inilah yang kemudian mengkristal menjadi sebuah keinginan yang besar dan menghujam, yang menggebah dan mendorong seseorang untuk mewujudkannya secara nnyata. Bahwa cita-cita itu menjadi kenyataan atau tidak, adalah persoalan lain, hanya Nabi barsabda: "Barang siapa yang berhasrat pada suatu kebajikan, dan tidak jadi melakukannya, niscaya allah mencatatnya di sisi-Nya sebagai suatu kebajikan yang sempurna."(HR Bukhari).
      Hanya berbeda dengan kaum matrealisdan hedonis, impian atau cita-cita yang di bangun oleh seseorang muslim  seyogianya tidak hanya sebatas remeh-temeh duniawi yang kecil, tapi juga berdimensi ukhrawi yang lebih agung. Dan, itulah yang di sukai Allah, seperti sabda nabi: "Sesungguhnya Allah menyukai hal-hal yang luhur, dan tidak menyukai hal-hal yang rendah. "(HR Thabrani).
     Secara sosial, kita sendiri kadang terkecohdan hanya berkutat mengurusi persoalan-persoalan kecil seraya melupakan persoalan yang besar dan fundamental yang di hadapi oleh umat ini. Di antaranya masalah menghidupkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam masyarakat, menjalin persatuan dan kerja sama dalam elemen umat, atau perihal bahaya perpecahan dan perseturuan di kalangan umat.
     Sementara Al-qur'an juga mengancam orang yang bercita-cita rendah dan melukiskan mereka dengan gambaran yang buruk misalnya ketika Allah mengisahkan ucapan Nabi Musa AS kepada kaumnya, "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah, sebagai pengganti yang lenih baik?" (Al-Baqarah [2]:61). Sayid Quthb menafsirkan: "Apakah kamu menginginkan kehinaan, padahal Allah menginginkan kemuliaan bagi kalian?"
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar